Hatinya merintih kesakitan,
Hatinya, mengecam rasa sakit
tiada dua
Dia hanya berharap satu,
penderitaannya segera berakhir. Dengan modal lima ribu rupiah, dia beranjak ke
tempat kuliah, berharap hari itu baik-baik saja dan berjalan lancar, cepat berakhir.
Setidaknya, itu yg terpikir olehku jika menjadi gadis lima ribu rupiah itu.
Bayangkan, di zaman sekarang,
dengan modal lima ribu rupiah, bisa sampai ke tempat kuliah pun sudah syukur.
Apalagi jika harus naik angkot dua kali. Untuk makan dan berleha-leha di
kampus? Mentraktir teman saat ulang tahun? Pergi nonton atau hanya sekedar cuci
mata? It’s so impossible.
Kuhanya bisa meratap seperti org
bodoh yg tidak bisa melakukan apapun. Kisah itu berhasil membuatku terhempas
keras di tengah lautan lepas dan harus berjuang hidup sebagai orang yg tidak
tau berenang. Tinggal tunggu tenggelam, kelelep begitu saja, lalu sampai ke
dasar lautan dan tak bernapas deh.
Napasku tercekat, kisah sederhana
yg ternyata berada dekat dgnku ini membuatku berpikir utk membalas dendam,
membalas kisah itu dan memutarbalikkannya menjadi motivasi.
Kelak, aku akan menjadi org
sukses, punya banyak uang, dan membuat kisah seperti itu tidak pernah ada lagi
dalam hidupku dan bergentayangan bebas di sekitarku.