Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua,
Hadirin yang berbahagia,
Pertama-tama, izinkan saya memanjatkan
puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat jualah sehingga
saya dapat berdiri di tempat sederhana ini guna menyampaikan beberapa patah
kata yang kiranya bermanfaat bagi kita semua.
Pada kesempatan ini, saya akan
menyampaikan sebuah cerita tentang kemenangan seorang anak. Suatu ketika, ada
seorang anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu mengikuti lomba balap
mobil-mobilan rancangan sendiri. Sebutlah namanya, Budi. Mobil-mobilan Budi
merupakan mobi-mobilan yang paling sederhana karena hanya terbuat dari kayu.
Sebelum dimulainya perlombaan, Budi menengadahkan tangannya dan tampak berkomat
kamit. Alhasil, ternyata dengan kesederhanaannya, namun diikuti tekad yang kuat
untuk menang, Budi berhasil keluar sebagai juara.
Lalu, seorang anak lain bertanya
padanya, “Tadi, kau pasti berdoa agar kau dimenangkan”. Budi kemudian berkata,
“Aku memang memiliki keinginan untuk menang, tetapi bukan itu yang aku minta
dalam doaku. Aku hanya meminta pada Yang Di Atas agar jika aku kalah nantinya,
aku diberi kekuatan untuk tidak menangis.”
Nah, dari cerita saya tadi kita dapat
mengambil pelajaran bahwa sesulit apapun hambatan yang ada di depan kita, kita
harus tetap menghadapinya. Namun, tidak lupa bahwa dari semua itu, ada Tuhan
sebagai penentu akhirnya.
Seperti halnya baru-baru ini, tanggal 10
November yang lalu merupakan Hari Pahlawan. Hari di mana kita hendaknya
mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang bagi tanah air tercinta.
Saya beri contoh, Ki Hajar Dewantara. Beliau merupakan seorang tokoh pendidikan
Indonesia yang memprakarsai berdirinya lembaga pendidikan Taman Siswa yang
dikenal dengan filsafat ”Tut Wuri Handayani”nya.
Becermin dari sosok Ki Hajar Dewantara,
kita hendaknya menanyakan pada diri sendiri, “apakah yang telah saya sumbangkan
bagi negara ini?”, bukannya terus menuntut untuk memperoleh yang terbaik tanpa
melakukan sesuatu yang bermanfaat. Sebagai seorang siswa yang beruntung masih
dapat menikmati yang namanya “pendidikan”, kita seharusnya memberikan
kontribusi bagi negara ini dengan cara belajar bersungguh-sungguh guna
memajukan pendidikan di negara kita.
Seperti kisah anak tadi yang memiliki
tekad kuat, meskipun dengan segala kesederhanaannya. Di sisi lain, dia pun
tetap berdoa pada Tuhan dan tidak menjadi sombong ketika sudah berada di
puncak. Karena itu, saya harapkan kepada kita semua, khususnya kepada
teman-teman dan adik-adik kelas agar terus belajar dengan sungguh-sungguh
disertai doa karena sesungguhnya usaha tanpa doa itu bagai sayur tanpa garam.
Yah, itulah tadi penyampaian sederhana
dari saya. Namun, kiranya dapat menjadi renungan bagi kita semua untuk terus
berusaha dan berdoa agar dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi tanah
air tercinta.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih
atas perhatian kalian.
Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar